Denpasar merupakan ibukota propinsi Bali dengan mayoritas warga masyarakatnya beragama Hindu. Selain dengan ciri agama yang khas tersebut, Bali juga telah lama dikenal dengan pulau yang berpanorama indah dan berbagai obyek wisata budaya yang menarik. Sebagai tujuan obyek wisata Internasional, masayarakat tentu akan banyak mengalami akulturasi budaya yang dapat berdampak positif maupun negatif bagi pembentukan norma-norma sosial dimasyarakat. Untuk membentengi diri dari pengaruh hal negatif dari industri pariwisata dan perkembangan informasi serta media massa maka dibutuhkan pemahaman yang mendalam terhadap pengetahuan agama yang kuat agar kita tetap berada dalam kebaikan dan kebenaran. Kampung Wanasari adalah salah satu kampung di Denpasar dengan mayoritas warganya beragama Islam.
Secara umum aktifitas perekonomian masyarakat wanasari ditopang oleh kegiatan perdagangan, dan sebagian diantaranya tergolong warga kurang mampu. Ketidakmampuan ini lambat laun berdampak terhadap kelangsungan masa depan pendidikan anak-anak, dimana banyak anak usia sekolah di kampung ini tidak dapat melanjutkan pendidikannya dikarenakan tidak memiliki biaya. Di sisi lain kebutuhan akan pendidikan tingkat SMP/MTs Ini sangat mendesak mengingat di Kampung wanasari telah berdiri Madrasah Ibtidaiyah sejak tahun 1970-an dan dua Pondok pesantren. Atas kondisi tersebut maka pada Tanggal 16 Januari Tahun 1999 para tokoh masyarakat Kampung Wanasari merumuskan langkah untuk mencari solusi terhadap kelanjutan pendidikan anak-anak yang tidak sekolah yaitu dengan mendirikan Madrasah Tsanawiyah Miftahul ’Ulum dibawah naungan Yayasan Miftahul ’ulum. Yayasan ini beralamatkan di jalan Ahmad Yani nomor 35 B Wanasari – Denpasar. Dengan berdirinya MTs. Miftahul ’Ulum ini telah memberikan banyak pengaruh positif terhadap kesinambungan pendidikan warga Kampung Wanasari, selain dapat menampung kelanjutan sekolah para alumni Madrasah Ibtidiyah dan Pondok Pesantren di wanasari, keberadaan MTs. Miftahul ’Ulum juga telah memberikan manfaat ekonomi bagi warga sekitar madrasah yakni sebagai penjual makanan dan alat tulis bagi kebutuhan siswa.
Pada awalnya sekolah ini dipandang masyarakat sebagai sekolah yang memberikan pembelajaran agama saja tanpa adanya unsur pendidikan umum hal ini dapat dilihat dari input siswa yang masuk sebagian besar adalah alumni Madrasah Ibtidaiyah saja. Pandangan semacam ini bisa dimaklumi mengingat nama madrasah belum terlalu akrab dimasyarakt umum, termasuk juga oleh sebagian warga muslim sendiri. Namun kini seiring dengan semakin eksisnya Madrasah Tsanawiyah Miftahul ’Ulum dalam pencapaian prestasi diberbagai bidang menyebabkan animo masyarakt terhadap Madrasah Tsanawiyah pertama di Kota Denpasar ini makin meningkat, yaitu dengan bertambahnya jumlah siswa yang berasal dari berbagai lulusan MI dan SD Negeri maupun Swasta."